Jumat, 16 Mei 2014

cerita sedih

Oh Tuhan perih… sakit sekali…
Aku pun menangis dalam diam. Aku menutup muka ku dengan bantal, aku menangis, mengeluarkan semua kesakitan ku lewat tangisan. Ayah memarahi ku hanya karena hal yang sepele. Binder Ayah ku rusak, itu karena ulahku. Tapi aku tidak sengaja. Ingin aku meminta maaf pada beliau. Tapi Ayah sudah marah dan memukul ku dengan Binder. Kalian tau Binder? Yang penjepitnya terbuat dari besi. Binder itu melayang ke arahku dengan keras. AAAAA sakit ayah. Maafkan aku. Jeritku dalam hati. Aku tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun.

Aku pegang punggungku yang membiru dan bengkak. Ayah ku masih dengan emosinya, memarahi ku, membentak ku, tapi aku hanya bisa diam membisu. Mama pun tidak melakukan sesuatu untuk mencegah ayah, tapi seolah-olah malah mendukung, malah setuju dengan perbuatan ayah kepadaku.

Aku pun segera mandi, dan kulihat badan ku terjeplak bekas pukulan binder ayah, ku sudahi mandi ku dengan cepat dan bergegas menuju ke kamar. Ku tutup pintu, dan menangis, menangis dan menangis. “Aku ingin mati TUHAN. Aku ingin Allah cepat-cepat mengambil nyawaku. Aku sakit Ya ALLAH. Aku bisa gila. Aku capek dengan semua ini” ucapku sambil menangis. Dan tanpa sadar aku pun tertidur.

Keesokan harinya
*Kring… Kring… Kring* Alarm jam ku yang menunjukkan jam 4 pagi pun berbunyi, membangunkan ku dari tidur malam yang kurang nyenyak karena pukulan ayah yang kemarin. Baca doa, dan bersiap-siap untuk mandi. Setelah mandi, shalat, dan sarapan, aku pun bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Cium tangan ayah dan mama, lalu aku berangkat menggunakan mobil jemputan.

Di sekolah
Aku mempunyai sahabat, Namanya Widha R.K. Dia sangat baik. Tapi aku terkadang merasa aku bukan sahabatnya. Widha yang sekarang bukanlah yang dulu lagi. Dia sekarang lebih sering bermain dengan sahabat barunya. Sahabat yang lebih istimewa. Aku pun dilupakan, dijauhi. Aku pun merasa sendirian di tengah keramaian. Seolah-olah aku dianggap tidak pernah ada di dalam kehidupannya.

“Salsa, kok lo alay banget sih? Iyuh banget gue berteman sama lo” Kata Dhea, temen sekelasku. Aku pun hanya diam, dan menunggu saatnya istirahat. Karena ketika beristirahat, waktunya aku ke masjid sekolah untuk shalat duha dan mencurahkan isi hatiku. Ya Allah, kenapa ini harus terjadi kepadaku. Aku merasa seolah-olah aku tuh bukan siapa-siapa. Aku seolah-olah dianggap tidak pernah ada oleh sahabatku. Ya Allah, tolong bantu hamba mu ini, Tolong YA ALLAH tolong aku Kuatkanlah aku. Tanpa ku sadari air mataku menetes dengan lembutnya.

“Hai zulfah, Kenapa kamu menangis?” Suara Kurnia pun mengagetkan lamunanku. “Enggak ada apa-apa kok kurnia” Balasku sambil berusaha menghilangkan ekspresi kesedihanku. Kurnia salah satu teman yang ingin dekat denganku. Disaat aku kesepian kadang dia datang dan menemaniku. “Yuk, balik ke kelas” ajak kurnia. “ayuk” balasku. Aku pun kembali ke kelas dan memulai pelajaran.

*Teng… Teng… Teng…* Bel sekolah ku pun berbunyi. Menandakan waktunya pulang sekolah. “Pulang ke rumah? Semoga gak ada masalah lagi” pikirku.

Aku naik jemputan, lalu menuju ke rumah. “Terima kasih Pak Mul” ucapku kepada pengantar jemputanku yang sangat baik itu. “sudah sampai rumah, Ya Allah semoga tidak terjadi sesuatu yang menyakitkan lagi seperti kemarin” Bergegas masuk, mandi, makan siang, dan tidur. Belum ada masalah yang datang untuk sore ini, tapi pas waktunya belajar, Ayah pun baru pulang dari kantornya. Ayah pun masuk ke kamar aku, lalu melihat apa yang sedang aku lakukan. Mengecek semua buku tulis aku, dan alhasil ayah pun marah lagi, melihat tulisan ku yang agak sedikit berantakan. Memukuliku pakai gesper sehingga badanku berjeplak gesper dan memar, lalu berkata “TULISAN ORANG IDIOT!!” … Ya Allah bantu aku, aku mohon, AKU SAKIT YA ALLAH. Sakit. PERIH YA ALLAH. TOLONG AKU Jeritku dalam hati. Dan aku pun pingsan.

Di rumah sakit.
Aku dimana? Tanyaku dalam hati. Badan ku sakit sekali karena pukulan ayah yang sangat kencang. Aku pusing. Mama pun menangis meminta maaf kepadaku, Ayah meminta maaf kepadaku. “Maafkan mama dan ayah nak. Kita udah terlalu jahat ke kamu. Maafkan mama nak.” Ujar mama sambil menangis tersedu-sedu. “Gak papa kok mah, Aku enggak kenapa-kenapa kok” ujarku sambil menangis juga. Tiba-tiba dari kaki, aku merasakan sesuatu yang ditarik dari tubuhku, rasanya sakit sekali. Sakit Ya Allah, Ada apa ini? Lalu aku mendengar suara mama berteriak memanggil namaku “SALSAAA… Kamu kenapa nak?!?!?!?” Aku hanya mampu mengucapkan 2 kalimat syahadat. Ya Allah sakit. Perih. Ada apaaa? Aku pun tidak sadarkan diri.

Keesokan harinya Sahabat ku yang sangat aku sayangi hadir, mama dan ayah pun juga. Aku sudah bisa melewati fase kritis ku kemarin. Aku sangat bahagia mereka ada di samping ku saat ini. Dan meminta maaf untuk semua perbuatan mereka yang telah mereka lakukan kepadaku. Dan sekarang aku hidup BAHAGIA. TERIMA KASIH YA ALLAH